Total Tayangan Halaman

Sabtu, 17 November 2012

NEGARA DEPOK DAN KAITANNYA DENGAN BELANDA DEPOK


NEGARA DEPOK DAN KAITANNYA DENGAN BELANDA DEPOK
.::Cut Nyak Dien::.

Sejarah Depok tidak bisa dilepaskan dari kisah orang Belanda bernama Cornelis Chastelein yang menetap di Depok pada akhir abad ke-17. Sebelum orang-orang Eropa menjelajahi
kawasan Depok, wilayah tersebut merupakan sebuah dusun terpencil di tengah hutan belantara dan semak belukar yang dikuasai seorang saudagar kaya Tionghoa bernama Se Tan yang memiliki hak tanah sangat luas pada zaman itu. Saat itu belum dikenal istilah Depok. Pada tanggal 18 Mei 1696, Se Tan menjual beberapa hektar tanahnya kepada pejabat VOC Belanda di Batavia bernama Cornelis Chastelein. Tanah yang dibeli Chastelein diperkirakan meliputi daerah yang saat ini masuk wilayah Jakarta Selatan, Ratujaya, dan Bojonggede.

Chastelein membeli tanah di Depok untuk dibuka menjadi lahan pertanian dan perkebunan guna menjaga pasokan pangan di Batavia. Saat pembukaan lahan, Chastelein mendatangkan sekitar seratusan budak untuk dijadikan pekerja yang berasal dari Bali, Jawa, Makassar, Maluku, Nusa Tenggara, Pulau Rote, bahkan Filipina. Selain mengelola perkebunan dan pertanian, di sela-sela aktivitasnya – Chastelain juga menyebarkan agama Kristen kepada para pekerjanya melalui sebuah Majelis Kristen bernama De Eerste Protestante Organisatie van Christensen, disingkat DEPOC yang di kemudian hari berubah menjadi DEPOK. Dari sinilah asal-usul nama Depok berasal.

Pada tanggal 28 Juni 1714, Cornelis Chastelein wafat. Wafatnya Cornelis Chastelein dijadikan peringatan berdirinya persatuan para pekerja Chastelein untuk tujuan pembebasan perbudakan dengan syarat mereka bersedia memeluk agama Kristen Protestan. Melalui surat wasiat Chastelain perihal pembebasan perbudakan, akhirnya disetujui pemerintah VOC di Batavia. Alasan VOC menyetujui wasiat Chastelain dikarenakan etiket baik beliau yang menulisnya sendiri sampai 4 kali, yaitu pada 4 Juli 1696, 11 Mei 1701, 21 Maret 1711, dan terakhir 13 Maret 1714 - meskipun undang-undang penghapusan perbudakan baru diterapkan 1 Januari 1860. Para bekas pekerja Chastelain nantinya akan disebut “Kaoem Depok” atau “Belanda Depok” yang menurunkan 12 fam (marga) utama, yaitu Jonathans, Laurens, Bakas, Loen, Soedira, Isakh, Samuel, Leander, Joseph, Tholense, Jacobs, dan Zadokh. Saat ini keturunan mereka umumnya tinggal di kawasan Depok Lama.

Pada tahun 1871, pemerintah Hindia Belanda mengizinkan daerah Depok membentuk pemerintahan independen setingkat gementee (desa otonom). Gementee Depok dipimpin oleh presiden sebagai badan pemerintahan tertinggi yang dipilih setiap 3 tahun sekali. Di dalam struktur pemerintahan Gementee Depok membawahi 9 mandat (kemandoran) yang dibantu oleh Pencalang Polisi Desa serta Kumitir (Menteri Lumbung). Wilayah Gementee Depok memiliki luas sekitar 1.244 Ha, namun dihapus pada tahun 1952 setelah terjadi perjanjian pelepasan hak antara Pemerintah RI dengan pemimpin presiden Gementee Depok terakhir, J. M. Jonathans.

Patut dicermati bahwa ketika era pemerintahan Hindia Belanda, Gementee Depok merupakan wilayah berdaulat yang diakui eksistensinya. Sebagai wilayah berdaulat, Gementee Depok mempunyai gedung pemerintahan sendiri yang disebut Kerkstraat (saat ini menjadi RS. Harapan di Jl. Pemuda). Selain itu terdapat pula istana presiden yang saat ini menjadi rumah di Jl. Pemuda No. 11. Masa-masa suram bagi kaum “Belanda Depok” terjadi pasca Kemerdekaan Indonesia. Banyak dari mereka yang dianiaya karena dianggap antek-antek Belanda, meskipun semua tuduhan itu tidak terbukti. Eksistensi Gementee Depok semakin meredup tatkala kekuasaan wilayah diserahkan sepenuhnya kepada pihak Pemerintah RI. Sejak saat itu, dimulailah pemerintahan Kecamatan Depok yang berada di dalam wilayah kewedanan (pembantu Bupati) wilayah Parung yang meliputi 21 desa. Saat ini wilayah Depok menjadi kota satelit bagi ibu kota Jakarta yang peranannya sangat penting bagi jalur trasportasi penghubung antara wilayah Bogor dengan ibu kota Jakarta.

Foto: Salah Satu Keluarga Belanda Depok

Sumber: depoklama.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar